Rabu, 16 Januari 2008

DENGARKAN MEREKA BICARA




MONYET DAN BURUNG PIPIT


Adalah seekor monyet bersarang di atas sarang burung pipit. Suatu soreyang mendung, induk burung pipit kebingungan mencari anak-anaknya yang sejak tadi pada sibuk bermain jauh dari sarangnya. Memang sekarang sudah menjelang petang serta angin bertiup dengan kencang, maka dipanggil-panggilnyalah anak-anaknya supaya segera pulang ke sarang.

"Ipit, ucrit, ciyit, klinyit dan uwit-uwit, .... dimana kalian ?" Panggil induk burung pipit itu. "Ayo cepatlah pulang. Sekarang hari hampir gelap dan mungkin langit akan segera mendung. Pulanglah, Nak." Tetapi teriakan induk burung-burung kecil itu justru dilecehkan oleh monyet muda yang dengan jumawanya bergelantungan di dahan pohon kenari yang paling tinggi.

"Hahaha......., cuma angin kayak begini saja kamu sudah ketakutan. Induk Pipit. Lihatlah, aku sama sekali tidak terusik oleh angin ribut sekalipun." ejeknya. "Tapi entahlah, mungkin saja karena kamunya dasar makhluk penakut, sih."

Tetapi induk burung pipit itu tidak memasukkan semua lecehan monyet itu ke dalam hati. Karena yang diingatnya, ia harus buru-buru mendapatkan kelima anaknya itu agar pulang kembali ke sarang dan diam dengan tenang di dalamnya. Benar saja, setelah ia berjerih payah, akhirnya dapat dikumpulkannya kelima anaknya itu. Sebentar kemudian langit pun benar-benar menjadi gelap dan mungkin akan segera turun hujan yang lebat.

Di dalam sarang, mereka saling berpelukan untuk menghangatkan tubuh serta membesarkan hati. Karena burung-burung kecil itu makin takut dengan angin yang kencang dan begemuruh. Tetapi sebaliknya si monyet seperti tidak mengacuhkan cuaca buruk di antara mereka. "Lihatlah, Burung Pipit. Dengan tangan dan kakiku, dan ekorku, aku dapat kalem-kalem saja, meski angin seperti badai sekalipun. Heheheh, aku memang hebat kok." kata monyet semakin jumawa saja. Menjelang malam, mendung di langit pun tidak jadi turun sebagai hujan. Dan badai pun telah berubah menjadi angin yang sejuk, bertiup sepoi-sepoi. anak-anak burung kembali terbangun dan berusaha keluar dari sarang, tetapi induknya melarang. "Jangan, anakku. Tidak baik bermain-main di luar, di waktu hari menjelang malam begini." Mereka menurut dan masuk kembali ke bawah sayap induknya. Tetapi sebaliknya monyet justru semakin jumawa. Katanya, "Penakut amat kamu ini, Induk Pipit. Ketika angin kencang kamu ketakutan. Sekarang waktu angin menjadi semilir, kaularang anak-anakmu keluar rumah pula. Mau jadi apa anak-anakmu besok."

Tetapi induk burung pipit itu tetap diam saja tidak membalas. Memang demikianlah, angin yang bertiup sepoi-sepoimakin sejuk saja terasakan. Membuat semua mata jadi cepat mengantuk. Tetapi tak lama kemudian para burung pipit menjadi sangat terkejut, mendengar suara benda berat terjatuh dari puncak pohon disertai jeritan yang panjang.

"Aaaaa......." Bum!! Ternyata monyet trjatuh menghempas tanah. Ia mengantuk dan terlena oleh tiupan angin lembut itu. Lalai, kemudian trjatuh ke tanah!

Fatal ! Si monyet trluka parah.


MAKNA CERITA :

Waspadalah trhadap peristiwa yang mengguncangkan jiwa, tetapi juga jangan terlena oleh sesuatu yang menyejukkan. Karena kedua-duanya sama-sama akan dapat membuat kita terjatuh.

"Sebab itu siapkanlah akan budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu pernyataan Yesus Kristus. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu." 1 Petrus 1:13-14.