Rabu, 01 Oktober 2008

RENUNGAN ..........


"ON BECOMING A LEARNER"
(Menjadi manusia pembelajar)

Oleh: Drs. Petrus Souisa, M.Ed

"Janganlah merasa puas dengan mencapai satu derajat yang rendah......Tuhan telah memberikan kepada kita kuasa berpikir, bukan untuk dibiarkan menganggur saja......melainkan untuk disempurnakan setinggi-tingginya.......jangan engkau pernah berpikir bahwa engkau sudah belajar cukup......pikiran yang telah diusahakan itulah ukuran manusia. Pendidikanmu harus diteruskan sepanjang umur hidupmu, engkau harus belajar tiap-iap hari, serta menjalankan pengetahuan yang telah kau peroleh itu dalam hidupmu sehari-hari." Mrs. Ellen G. White, Amanat Kepada Orang Muda hal. 176.

Sejenak kita akan belajar dari seorang yang berhasil dalam hidupnya karena menghidupkan apa yang sudah ditulis oleh Mrs. Ellen G. White.
Apabila kita melihat gambaran pria kecil dengan kumis kecil, membawa tongkat, dan mengenakan celana baggy, sepatu besar yang aneh, dan topi. Kita langsung akan tahu bahwa itu adalah CHARLIE CHAPLIN. Dan boleh dikatakan semua orang banyak mengenalinya. Pada tahun 1910-an dan 1920-an, ia adalah orang yang paling terkenal. Bila kita melihat kepada selibriti zaman sekarang, satu-satunya orang yang sama terkenalnya dengan Charlie Chaplin hanyalah MICHAEL JORDAN. Dan untuk mengukur siapa yang lebih hebat, kita harus menunggu 75 tahun lagi untuk mengetahui seberapa baikkah semua orang mengingat Michael Jordan.
Pada waktu Charlie Chaplin lahir, tak seorangpun pernah menyangka bahwa ia akan menjadi tenar. Ia dilahirkan dalam kemiskinan sebagai putera dari pemusik Inggris, ketika masih kecil ia menemukan dirinya di jalanan dimana pada waktu itu ibunya dimasukkan ke-lembaga pemasyarakatan. Setelah Charlie Chaplin bertahun-tahun dirumah penampungan/yayasan yatim piatu, ia mulai bekerja di panggung untuk menunjang hidupnya. Di usia 17 tahun,charlieChaplin sudah menjadi aktor kawakan. Pada tahun 1914, di pertengahan usia dua puluhan, ia bekerja pada Mack Sennet di Key Stone Studios di Hollywood, dengan upah $ 150 per minggu. Selama tahun pertama dari bisnis film itu, ia membuat tiga puluh lima film sebagai aktor, penulis, dan sutradara. Semua orang segera mengakui talentanya, dan Charlie Chaplin semakin terkenal. Setahun kemudian, ia mendapatkan upah $ 1.250 per minggu. Lalu pada tahun 1918, ia melakukan sesuatu yang belum pernah didengar orang sebelumnya, di mana ia menandatangani kontrak senilai $ 1 juta yang pertama kalinya dalam industri hiburan.
Charlie Chaplin sudah kaya, ia sudah terkenal, dan ia menjadi pembuat film paling berkuasa du dunia - di usia yang baru dua puluh sembilan tahun. Charlie Chaplin sukses karena ia memiliki talenta besar dan dorongan yang luar biasa. Namun keberhasilan hidupnya didorong oleh sikap yang selalu mau belajar dan mau diajar. Ia terus berupaya untuk tumbuh, belajar, dan menyempurnakan aktingnya. Bahkan ketika ia sudah sangat populer serta mendapatkan bayaran tertinggipun, ia tidak puas dengan apa yang ia sudah miliki. Chalie Chaplin suatu kali pada waktu di wawancarai menjelaskan hasratnya dalam memperbaiki diri dia mengatakan sebagai berikut : "Jika sedang menonton salah satu film saya yang ditayangkan kepada hadirin, saya selalu memperhatikan apa yang tidak membuat mereka tertawa. Jika umpamanya beberapa hadirin tidak tertawa melihat akting yang saya maksudkan untuk melucu, saya langsung merobek-robek adegan tersebut dan berusaha menemukan apa yang keliru dengan gagasannya atau dalam pelaksanaannya. Jika saya mendengar tawa padahal sudatu adegan tidak saya maksudkan untuk melucu, saya akan bertanya kepada diri sendiri, mengapa orang tertawa menyaksikannya."
Hasrat untuk mau belajar terus menerus dan bertumbuh menjadikan Charlie Chaplin seorang sukses ekonomi, dan membawa tingkat kesempurnaan yang tinggi pada segala sesuatu yang ia lakukan.
Hari ini, banyak filmnya dianggap sebagai mahakarya, dan ia dihargai sebagai salah seorang pembuat film terbesar sepanjang zaman. Seandainya saja Charlie Chaplin menggantikan sikap mau belajarnya dan sikap mau diajarnya dengan kepuasan diri yang sombong ketika ia sukses, namanya akan disejajarkan dengan Ford Sterling atau Ben Turpin, bintang film bisu yang sudah dilupakan orang. Namun Chalie chaplin terus tumbuh dan belajar sebagai seorang aktor, sutradara, dan akhirnya eksekutif film.
Dari kisah keberhasilan hidup Charlie Chaplin kita dapat mengambil pelajaran:
* Bahwa untuk berhasil/sukses, kita menghadapi bahaya sikap berpuas diri dengan apa yang sudah kita capai.
* Untuk mencapai keberhasilan kita perlu bertumbuh terus. Pertumbuhan akan menentukan siapa kita yang sesungguhnya. siapa kita yang sesungguhnya akan menentukan siapa yang akan tertarik kepada kita.
Jadi jawabannya sangat sederhana, keberhasilan Charlie Chaplin adalah oleh karena ia mau belajar dan mau di ajar.
Kita belajar untuk hidup. Tetapi yang lebih penting lagi adalah bahwa kita hidup untuk belajar. Sebab kalau kita hanya belajar untuk hidup, maka apa bedanya kita dengan anak burung yang belajar terbang supaya bisa hidup. Arti belajar dan arti hidup akan menjadi dangkal. Oleh karena itu, kita perlu tahap berikutnya yaitu, hidup untuk belajar.
Titus 3:14 : "Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah."
Filipin 4:9,11 : "Dan apa yang kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Kukakatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah BELAJAR mencukupkan diri dalam segala keadaan."
Apapun yang menjadi potensi unik yang kita miliki, atau apapun yang menjadi panggilan hidup yang kita jalani, jangan lupa kita belajar untuk hidup dan yang lebih penting lagi adalah bahwa kita hidup untuk belajar --- on becoming a learner/menjadi manusia pembelajar. Salam tetap semangat !!!.