Rabu, 10 September 2008

DENGARKAN MEREKA BICARA



SERIGALA DAN KOLAM SAKTINYA

Suatu hari di musim kemarau yang sangat kering, seekor serigala merasa sangat kelaparan. Sepotong daging yang diperolehnya tadi pagi sudah habis dimakan anaknya. Sedangkan sekarang sampai menjelang petang, ia belum juga mendapatkan lagi sepotong daging untuk dirinya sendiri atau untuk istrinya. Padahal biasanya, ketika musim lagi baik, ia dapat menangkap mangsa dengan mudah dan dapat mengenyangkan seluruh perut keluarganya. Dengan letih ia bersandar di bawah pohon randu yang sudah tidak rindang lagi. Udara panas saat itu membuatnya terengah-engah. Seekor burung gagak kebetulan sedang bertengger di atasnya, dan sedang membawa sepotong dendeng yang tampaknya enak sekali untuk dinikmati. Tetapi serigala tidak melihatnya, karena ia telah trlanjur patah semangat setelahs eharian tidak menemukan rezeki. Kepalanya lebih banyak menunduk lesu. "Gaok, letih sekali kelihatannya kamu ini, Serigala." sapa burung Gagak itu. "Nih, terimalah dendengku ini. Makanlah. Pasti tubuhmu akan menjadi segar kembali." Serigala menengadahkan mukanya sambil keheranan. Ia bertanya-tanya dalam hati. Seolah tidak percaya bahwa saat itu burung Gagak memberinya sepotong dendeng yang lezat Plok! Bahkan sampai dendeng yang memang gurihn itu dijatuhkannya ke atas pangkuan si Serigala. "Makanlah." seru si Burung gagak lagi, lalu terbang tanpa mempedulikan kebengongan si Serigala. Karena Serigala memang sangat membutuhkan, maka dibawanyalah pulang dendeng pemberian si Burung itu, meski dengan hati yang berduka. Berduka ? Ya, karena dengan pemberian itu si Serigala jadi bertanya-tanya dalam hati. "Apakah tampangku begitu mengenaskan sehingga menimbulkan belas kasihan siapa pun yang melihatku?"
"Tidak selalu begitu." jawab istrinya setelah si Serigala tiba di rumah. Lalu dibawalah suaminya itu ke Kolam Sakti di belakang rumah mereka. Di situ Pak Serigala mencuci-muka dan berkaca ke dalamnya. Lalu tampaklah kepadanya apa yang pernah ia lakukan dahulu kepada binatang-binatang yang lain. Bayangan dalam kolam itu menampakkan gambar seekor serigala sedang memberi makan kepada anak-anak rubah, dan bebek dan bebefrapa yang lain. "Kenapa kamu memberi mereka makan Suamiku?" tanya istrinya. "Karena aku mengasihi mereka." jawab serigala. "Kalau begitu, sekarang jangan biarkan hatimu sedih, Suamiku." lanjut istri serigala. "Burung gagak itu memberimu makan bukan dengan maksud merendahkan dirimu. Tetapi ia memberimu karena ia memang ingin mengasihi kamu. Sama seperti yang pernah kamu perbuat kepada binatang-binatang yang lain." Serigala tertunduk dan menitikkan airmata, bukan karena sedih, melainkan karena berbahagia bahwa cinta kasih mampu menghidupkan kembali semangat yang patah.

****
Ada saatnya memberi, ada pula saatnya menerima. Tetapi jika semuanya itu di lakukan karena sikap yang mengasihi, maka Tuhan pun akan melipatgandakan kebahagiaan itu.

"Saudara-saudara, memang kamu telah di panggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."