Rabu, 17 September 2008

DENGARKAN MEREKA BICARA


BURUNG KENARI DAN PIALANYA

Tersebutlah Burung Kenari memenangkan kejuaraan bernyanyi. Karena ia memang ditakdirkan sebagai burung yang pintar berkicau, maka ketika mengikuti lomba bernyanyi, dialah yang tampil sebagai juaranya. Dan untuk kemengangannya itu ia memperoleh piala penghargaan yang sangat indah dan membanggakan. Bagi kebanyakan burung lain, tentu piala itu akan dipajang di almari kaca di ruang tamu rumah mereka. Supaya dengan begitu setiap saat ia dapat menikmati kebanggaannya itu. Tetapi rupanya tidak demikian dengan si Burung Kenari. Piala penghargaan yang diperolehnya itu justru disembunyikannya di dalam almari pakaian di tempat yang paling sudut dan tidak kelihatan. Karena itu banyak burung lain yang tidak mengetahui bahwa dialah sang juara. Mengetahui hal ini si Burung Gagak yang bersuara serak itu segera mengambil kesempatan. Ia yang hanya mendapatkan juara kelas embek, justru membawa-bawa piala penghargaannnya ke mana pun ia pergi, sambil bercerita bahwa dialah pemenang dalam kejuaraan itu. Karena semua melihat bahwa dialah yang dapat memperlihatkan piala kejuaraan itu maka masyarakat burung jadi percaya bahwa memang dialah sang juara sejati itu. Suatu hari ketika Raja hutan mengadakan pesta untuk menjamu tamu dari luar negeri dipanggillah si Burung Gagak untuk menampilkan keahliannya berolah suara untuk menghibur hadirin. Maka dilantunkannya sebuah lagu yang telah dipilih baik-baik oleh sang Burung gagak. Semua tamu yang mendengar pada mengangguk-angguk dan memahami suara khas si burung yang serak itu.
Tetapi ketika tamu sang raja meminta agar si Burung Gagak menyanyikan nyanyian yang lain, musibah pun terjadi. Ia yang sebenarnya memang bukanlah burung penyanyi itu terpingkal-pingkal batuk tanpa henti hingga mempermalukan keluarga kerajaan. Dengan sangat frustrasi si burung gagak itu mengundurkan diri dari suasana pesta dengan penuh rasa malu. Ia turun panggung diiringi oleh pandangan para tamu yang merasa sangat kasihan kepadanya. "Sang juara sedang tertimpa musibah komentar para hadirin. Tetapi yang lebih mengibakan hati lagi adalah, beberapa hari setelah peristiwa itu si Burung Gagak tidak pernah lagi keluar dari sarangnya. Ia mengurung diri. Menghindari dari perjumpaan dengan burung-burung yang lain. Hingga pada suatu hari kemudian terbetik kabar yang mengejutkan......."Si Burung Gagak mati menggantung diri." teriak Burung Goak di suatu pagi. Maka berdukalah hati seluruh penghuni hutan itu karena merasa kehilangan seorang kawan penghibur yang sejati. Namun di tengah-tengah suasana penguburan, salah seorang di antara mereka melihat kehadiran si Burung Kenari, dan tersadarlah bahwa sesungguhnya bahwa sesungguhnya bukan si Burung Gagaklah sang juara itu,melainkan si Burung Kenari. Maka pernyataannya kemudian......."Kenari, bukankah kamu yang menyandang gelar Penyanyi sejati itu? Tapi di manakah piala kejuaraanmu itu ? Pasanglah, biar semua orang tahu dan kamu dinobatkan sebagai juara yang sesungguhnya." Tetapi si Burung Kenari menjawab perlahan. "Biarlah piala itu berada di tempat penyimpanannya saja, supaya ia tidak menjadi bebanku. Sebab jika ia kubawa ke mana-mana, kalau aku jatuh, ia akan menimpa dan membuatku celaka."
******
Setiap orang selalu mendambakan kemenangan dan keberhasilan, tetapi tidak semua orang selalu siap menerima saat kejatuhan dan kenyataan dari kekalahan dirinya.
"Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian." (Amsal 29:23).