Rabu, 03 September 2008

ILLUSTRASI




MENGUMPULKAN BULU-BULU YANG BETERBANGAN

Didalam kehidupan manusia di dunia ini kita melihat alangkah banyaknya orang yang menjadi korban dari desas-desus, fitnah, gosip, bisik-bisik dan segala hal lain yang senada dengan itu. Memang manusia rupa-rupanya cenderung untuk mendengarkan tentang kejelekan-kejelekan orang lain yang belum tentu benar keadaannya demikian. Kalau saya misalnya mempunyai kebaikan tertentu, belum tentu hal itu tersiar ke mana-mana, tetapi cobalah kalau saya ini mempunyai suatu kejelekan yang kelihatan, tentu dengan cepat berita ini tersiar ke seluruh kenalan dan handai taulan dengan disertai bumbu-bumbu yang lebih memperburuk keadaan. Dan yang paling menyedihkan ialah bahwa sebagian besar dari desas-desus itu belum tentu benar. Malah sering kali fitnah dan bisik-bisik itu timbul dari hati yang penuh dengan kebencian, kedengkian serta kejahatan.
Alkitash, di dalam suatu kota ada seorang yang hobbynya menyiarkan tentang kejelekan-kejelekan seseorang tertentu. Dengan sekuat tenaga ia menyiarkan berita-berita bohong tentang keburukan Tuan A. Dan bukan hanya Tuan A Saja, tetapi juga orang-orang lain juga. Demikianlah hobbynya sehingga ia dikenal sebagai "Juara mempergunjingkan orang". Tetapi pada suatu hari orang ini merasa bahwa apa yang sudah ia perbuat selama ini adalah tidak baik dan ia merasa menyesal akan hal ini. Lalu ia berpikir, Apakah yang akan diperbuatnya untuk menebus segala kesalahan serta keburukannya di masa yang lampau? "Aku akan datang kepada orang-orang yang telah kurusakkan namanya itu dan mohon maaf yang sebesar-besarnya." demikian pikirnya.
Maka datanglah ia ke rumah tuan A serta menyatakan dan mencurahkan isi hatinya serta memohon maaf yang sebesar-besarnya serta berjanji tidak mau berbuat hal yang buruk itu lagi. Tuan A, yang namanya dicemarkan oleh si pemfitnah ini, termenung sejenak mendengar permintaan ini. Akhirnya ia berkata, "Sebelum aku dapat memaafkan segala tindakanmu itu aku ingin agar engkau melakukan sesuatu untukku. Ambillah sebuah kantong besar dan isilah kantong ini dengan bulu-bulu yang sebelumnya telah engkau hitung jumlahnya. Nah, setelah itu aku harap engkau mau pergi ke sebuah bangunan yang tertinggi di kota ini yang bertingkat 25, lalu bawalah kantong berisi bulu-bulu ini ke tingkat yang tertinggi yaitu tingkat ke-25. Lalu disana bukalah kantong itu dan biarkanlah bulu-bulu yang ada di dalamnya terbang tertiup angin kesana-kemari. Lalu setelah itu turunlah dari gedung itu dan mulailah kaucari bulu-bulu yang beterbangan itu satu persatu. Ingat jangan sampai ada yang kurang sehelai bulu pun. Kalau engkau dapat mengumpulkan kembali bulu-bulu itu, tanpa kurang sehelai pun..........barulah aku mau memaafkan engkau." Wah...... si tukang sebar desas-desus serta fitnah itu terpukau mendengar permintaan tuan A. Ia mengerti bahwa adalah sangat mustahil untuk mengumpulkan bulu-bulu yang sudah beterbangan ditiup angin. Ia mengerti makna permintaan tuan A itu. Ia telah menyebarkan kabar dusta tentang tuan A, ia telah memfitnah nama tuan A, dan berita tentang kejelekan tuan A telah tersiar ke mana-mana, padahal itu adalah berita bohong. Sekarang ia mau meminta maaf kepada tuan A tetapi bagaimanakah caranya ia hendak menarik kembali perkataannya yang sudah dikeluarkannya pada waktu-waktu yang lalu? Ini adalah suatu yang mustahil. Ada pepatah kuno yang mengatakan bahwa perkataan yang sudah dikeluarkan entah itu baik atau buruk, tidak dapat ditarik kembali.
Alkitab mengatakan bahwa meskipun lidah manusia itu suatu anggota tubuh yang kecil, tetapi mempunyai pengaruh yang besar sekali. Orang yang dapat mengendalikan lidahnya, adalah seorang yang benar-benar berkenan di hadapan Tuhan, tetapi jikalau lidahnya tidak dikendalikan, itu dapat diumpamakan sebagai api yang dapat membakar hutan yang besar dan tak dapat dikendalikan lagi. Oleh karena itu sebelum terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki, biarlah kita mau menjaga lidah kita sebaik-baiknya sehingga tidak menjadi alat yang negatif, tetapi menjadi suatu alat yang bermanfaat.