Senin, 12 November 2007

True education..........




MENJADI PEMIKIR BUKAN PEMANTUL PIKIRAN ORANG LAIN


OLEH: Drs. Petrus Souisa, M.Ed




Ellen G. White menulis dalam buku Pendidikan hal. 17 : "..........true education to develop this power, to train the yout to be thinkers, and not mere replectors of other men's thought. (.........pendidikan yang benar untuk memperkembang daya, untuk mendidik orang muda menjadi pemikir dan bukan sekedar pemantul pikiran-pikiran orang lain).

Bilamana kita simak dari apa yang dikatakan dalam buku pendidikan ini, saya perhatikan masih banyak di antara kita yang belum menyadari dan memahami apa arti berpikir menjadi pemikir dalam kegiatan belajar yang sebenarnya. Kalau kita mencoba mencari definisi berpikir, ada banyak definisi berpikir. Berpikir dalam kegiatan belajar, lebih dari sekedar mendapatkan pengetahuan. Lebih dari sekedar mendengar dan memperhatikan pelajaran dalam kegiatan belajar. Menurut pelajaran logika mendefinisikan berpikir sebagai : yang membedakan , artinya atau lebih tepatnya saya membedakan maka saya berpikir. Jadi sebenarnya seluruh kegiatan belajar terdiri dari usaha untuk membeda-bedakan. Sebagai contoh : Dalam kegiatan belajar awal membeda-bedakan bahwa meja berbeda dengan kursi. Ibu berbeda dari bapak dan seterusnya. Dan proses belajar tingkat lebih lanjut,- bahwa berkata benar berbeda dari berbohong. Dan tahap tertinggi dalam usaha belajar adalah membedakan apa yang benar dan apa yang salah, Mengapa benar dan mengapa salah. Kalau salah dan benar ini menyangkut pengetahuan maka kita berurusan dengan ilmu. Kalau salah dan benar menyangkut nilai maka kita berurusan dengan moral. Kelihatannya difinisi berpikir sangat sederhana tetapi didalam prakteknya tidak sesederhana yang kita pikirkan. Ada hal yang kurang baik yang saya perhatikan di kelas dalam belajar mengajar yaitu Kebudayaan diam. Kebiasaan diam kalau diberi kesempatan untuk memberikan pendapat atau kesempatan untuk bertanya. Semuanya diam, tidak ada pendapat dan tidak yang bertanya. Diberi kesempatan untuk bertanya, hanya beberapa yang berani mengambil inisiatif untuk bertanya. Sedangkan yang lainnya cukup puas untuk berdiam diri. Cukup puas dan rela di bentuk, rela di atur oleh pemikiran-pemikiran

yang diajarkan/yang sudah di persiapkan guru bila mengajar di kelas. Kalau ada temannya yang berusaha memberikan pendapat, dan pendapatnya salah maka akan mentertawakan temannya yang salah. (Satu sikap yang kurang baik dalam belajar). Dalam pendidikan menjawab salah dan menjawab benar sebetulnya sama manfaatnya secara ilmu Pendidikan. Bilamana engkau salah dalam memberikan pandangan atau jawaban atas pertanyaan, maka ini akan memberi ilham kepada guru atau kita semua untuk menemukan jalan baru yaitu membimbing kepada jawaban yang benar. Kesalahan justru membuka cakrawala bahwa ada begitu banyak jalan menuju jawaban yang benar. Dan jalan-jalan itu tidak akan kelihatan kalau semua selalu menjawab benar. Tanpa kesalahan-kesalahan yang ada pada kalian, maka guru juga akan kehilangan kreativitasnya dalam mengajar. Coba kita hilangkan sikap yang kurang baik dalam belajar seperti ini. Menjawab benar atau salah sama manfaatnya dalam Ilmu Pendidikan. Diharapkan bagi kita semua. Menanamkan dalam diri kita, jangan pernah cepat merasa puas dengan apa saja yang disampaikan oleh guru dalam setiap kesempatan belajar, melainkan tunjukkanlah di dalam dirimu satu usaha, ada inisiatif untuk melibatkan diri aktif dalam kegiatan belajar dengan demikian tujuan belajar anda dapat dicapai dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang sudah dikatakan dalam buku Pendidikan : Pendidikan yang benar memperkembang daya (kembangkan kempauan berpikirmu) untuk menjadi orang-orang yang kuat bertindak dan berpikir, menjadi orang yang memiliki pikiran yang luas dan menjadi pemikir bukan pemantul pikiran-pikiran orang lain.

Salam, success is my right

Drs. Petrus Souisa, M.Ed.