Jumat, 01 Februari 2008

Artikel



MENJADI MANUSIA PEMBELAJAR

Oleh : Drs. Petrus Souisa, M.Ed.

Mrs. Ellen G. White menulis didalam Amanat kepada orang muda hal 176 :”Janganlah merasa puas dengan mencapai satu derajat yang rendah……Tuhan telah memberikan kepada kita kuasa berpikir, bukan untuk dibiarkan menganggur saja…..melainkan untuk disempurnakan setinggi-tingginya……jangan engkau pernah berpikir bahwa engkau sudah belajar cukup…..Pikiran yang telah diusahakan itulah ukuran manusia. Pendidikanmu harus diteruskan sepanjang umur hidupmu, engkau harus belajar tiap-tiap hari, serta menjalankan pengetahuan yang telah kau peroleh itu dalam hidupmu sehari-hari.”

Kita simak baik-baik apa yang dikatakan Mrs. Ellen G. White bahwa pendidikan/belajar adalah pekerjaan seumur hidup. Perlu belajar tiap-tiap hari dan mempraktekkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut ini kita akan belajar dari seorang yang berhasil dalam hidupnya , apa yang ia pelajari juga dipraktekkan dalam hidupnya.
Apabila kita melihat gambaran pria kecil dengan kumis kecil, membawa tongkat, dan mengenakan celana baggy, sepatu besar yang aneh, dan topi. Kita langsung akan tahu bahwa itu adalah Carlie Chaplin. Dan boleh dikatakan semua orang banyak mengenalinya. Pada tahun 1910-an dan 1920-an, ia adalah orang yang paling terkenal. Pada waktu Charlie Chaplin lahir, tak seorangpun pernah menyangka bahwa ia akan menjadi tenar. Ia dilahirkan dalam kemiskinan sebagai putera dari pemusik Inggris, ketika masih kecil ia menemukan dirinya di jalanan dimana pada waktu itu ibunya di masukkan kelembaga pemasyarakatan. Charlie Chaplin setelah bertahun-tahun di rumah penampungan/serta Yayasan yatim piatu, ia mulai bekerja di panggung untuk menunjang hidupnya. Di usia 17 tahun, Charlie Chaplin sudah menjadi aktor kawakan. Pada tahun 1914, di pertengahan usia dua puluhan, ia bekerja pada Mack Sennet di Key Stone Studios di Hollywood, dengan upah 105 dollar per minggu. Selama tahun pertama dari bisnis film itu, ia membuat tiga puluh lima film sebagai aktor, penulis, dan sutradara. Semua orang segera mengakui talentanya, dan Charlie Chaplin semakin terkenal. Setahun kemudian, ia mendapatkan upah 1.250 dollar per minggu. Lalu pada tahun 1918, ia melakukan sesuatu yang belum pernah di dengar orang sebelumnya, dimana ia menandatangi kontrak senilai 1 juta dollar yang pertama kalinya dalam industri hiburan. Ia sudah kaya, ia sudah terkenal, dan ia menjadi pembuat film paling berkuasa di dunia diusia yang baru dua puluh sembilan tahun. Charlie Chaplin sukses karena ia memiliki talenta besar dan dorongan yang luar biasa. Namun keberhasilan hidupnya didorong oleh sikap yang selalu mau belajar dan mau diajar. Ia terus berupaya untuk tumbuh, belajar, dan menyempurnakan aktingnya. Bahkan ketika ia sudah sangat populer serta mendapatkan bayaran tertinggipu, ia tidak puas dengan apa yang ia sudah miliki. Charlie Chaplin suatu kali pada waktu di wawancarai menjelaskan hasratnya dalam memperbaiki diri....dia katakan sebagai berikut:”Jika sedang menonton salah satu film saya yang ditayangkan kepada hadirin, saya selalu memperhatikan apa yang tidak membuat mereka tertawa. Jika,umpamanya beberapa hadirin tidak tertawa melihat akting yang saya maksudkan untuk melucu, saya langsung merobek-robek adegan tersebut dan berusaha menemukan apa yang keliru dengan gagasannya atau dalam pelaksanaannya. Jika saya mendengar tawa padahal suatu adegan tidak saya maksudkan untuk melucu, saya akan bertanya kepada diri sendiri, mengapa orang tertawa menyaksikannya.”

Hasrat untuk tumbuh menjadikan Charlie Chaplin sukses secara ekonomi, dan membawa tingkat kesempurnaan yang tinggi pada segala sesuatu yang ia lakukan. Di zaman itu, karya Charlie Chaplin dianggap sebagai hiburan yang mengagumkan. Dan dengan berjalannya waktu, ia di kenal sebagai jenius komik. Hari ini, banyak filmnya di anggap sebagai mahakarya, dan ia dihargai sebagai salah seorang pembuat film trbesar sepanjang zaman. Seandainya Charlie Chaplin menggantikan sikap mau belajarnya dan sikap mau di ajarnya dengan kepuasan diri yang sombong ketika ia sukses namanya akan disejajarkan dengan Ford Sterling atau Benturpin, bintang Film bisu yang sudah dilupakan orang. Namun Charlie Chaplin terus tumbuh dan belajar sebagai seorang aktor, sutradara, dan akhirnya eksekutif film. Ketika ia belajar dari pengalaman bahwa para pembuat film di tentukan nasibnya oleh studio serta distributor, ia mulai membentuk organisasinya sendiri yaitu United artists bersama dengan Douglas Fairbank, Mary Pickford, dan D.W. Griffith. Perusahaan film ini masih beroperasi hingga sekarang. Dari kisah keberhasilan hidup Charlie Chaplin kita dapat mengambil pelajaran:
Bahwa untuk berhasil/sukses, kita menghadapi bahaya sikap berpuas diri dengan apa yang sudah kita capai.
Untuk mencapai keberhasilan kita perlu bertumbuh terus. Pertumbuhan akan menentukan siapa kita yang sesungguhnya. Siapa kita yang sesungguhnya akan menentukan siapa yang akan tertarik kepada kita. Dan siapa yang tertarik kepada kita akan menentukan sukses/keberhasilan kita. Jadi jawabannya sederhana, keberhasilan Charlie Chaplin adalah oleh karena ia mau belajar dan mau di ajar.
Kita belajar untuk hidup. Tetapi yang lebih penting lagi adalah bahwa kita hidup untuk belajar. Sebab kalau kita hanya belajar untuk hidup, maka apa bedanya kita dengan anak burung yang belajar terbang supaya bisa hidup. Arti belajar dan arti hidup akan menjadi dangkal. Oleh karena itu, kita perlu tahap berikutnya yaitu hidup untuk belajar.
Sikap mau belajar dan mau di ajar tidak lepas membuat kekeliruan. Lupakan kekeliruan-kekeliruan itu, namun ingatlah selalu pelajaran apa yang kia peroleh darinya. Dan jangan lupa kita belajar untuk hidup dan yang lebih penting lagi adalah bahwa kita hidup untuk belajar ...on becoming a learner (menjadi manusia pembelajar). Tuhan memberkati. Success is my right.