Selasa, 05 Februari 2008

Illustrasi



CINTA YANG GAGAL KARENA

PERBEDAAN KEDUDUKAN


Pada tahun 1971 yang lalu di Brasil, atau tepatnya di kota Sao-Paulo terjadi suatu kisah kasih yang cukup menggemparkan masyarakat di sana. Pada hari Natal, seorang polisi yang berasal dari keluarga sederhana, yang namanya Eli Rosa berkenalan dengan seorang mahasiswi berkebangsaan Jepang yang bernama Mitiko Nishimoto. Ternyata perkenalan itu bukan hanya suatu perkenalan biasa, tetapi diteruskan dengan jalinan cinta yang sangat mendalam di antara kedua muda-mudi ini. Namun mereka menyadari bahwa di antara mereka terdapat suatu jurang perbedaan yang sangat mendalam dan lebar. Eli Rosa hanyalah seorang polisi yang miskin, sedangkan Mitiko adalah anak seorang multi jutawan Jepang di kota Sao-Paulo.

Ketika ayah Mitiko mendengar jalinan percintaan antara anaknya dengan polisi yang miskin itu, dengan sangat keras ia menentangnya. Ia berkata: "Polisi yang miskin itu sama sekali tidak cocok untuk menjadi suamimu. Kalau engkau hendak menikah nanti akan kucarikan seorang suami yang cocok dan pantas untukmu sesuai dengan kedudukan ayahmu." Menghadapi rintangan ini kedua insan yang sedang dimabuk cinta itu tidak terputus asa. Meeka tetap mengadakan hubungan satu sama lainnya meskipun secara sembunyi-sembunyi.

Oleh karena peri lakunya yang tidak bercela, Eli Rosa mendapat suatu kenaikan pangkat yang cukup meyakinkan; ia dilantik menjadi inspektur polisi. Ia berpendapat bahwa adalah tidak baik jikalau percintaannya dengan Mitiko berlangsung secara rahasia demikian ini, karena itu dengan memberanikan diri pada suatu hari ia mendatangi kantor ayah Mitiko yang terletak di suatu gedung perkantoran megah bertingkat 18. ayah Mitiko menerima kedatangan Eli Rosa dengan wajah yang dingin, dan sebelum Eli Rosa sempat menyatakan niatnya untuk meminang Mitiko, sang ayah yang keras ini sudah mendahului berkata:"Tak usah engkau menyebut namamu, aku sudah tahu siapa engkau, aku juga sudah tahu bahwa engkau sekarang sudah menjadi inspektur polisi. Tetapi jangan sekali-kali engkau menyangka, karena engkau sudah menjadi inspektur lalu layak menjadi suami Mitiko. Laki-laki seperti engkau tidak layak mendampingi anakku yang cantik itu. Jadi, daripada membuang waktu dan tenagamu dengan sia-sia, putuskanlah hubunganmu dengan Mitiko. "Menghadapi kata-kata yang pedas dan keras ini, hati Eli Rosa serasa terbang tak karuan. Buyarlah semua angan-angan dan cita-citanya yang manis. Hampa rasanya hidupnya. Dan dengan hati yang kosong ia keluar dari kamar ayah Mitiko dan berjalan ke tepi jendela yang berada di bangunan ya gke-18 itu. Setelah termenung sebentar ia kemudian melompat ke bawah. Dengan segera tubuhnya jatuh ke bawah terhempas di atas aspal yang keras. Semua orang menjadi gempar, termasuk ayah Mitiko yang sama sekali tidak menduga reaksi Eli Rosa yang demikian nekad itu. Dan yang paling menderita tentunya Mitiko yang begitu mengasihi Eli Rosa. Pikirannya sangat terganggu dan ia harus masuk rumah sakit jiwa untuk menenangkan pikirannya, bahkan ia tidak mau lagi menenal ayahnya yang menurut perasaannya adalah sangat kejam. Sang ayah merasa menyesal sekali dan berkali-kali mencoba untuk menemui anaknya, bahkan rela menyembah Mitiko untuk memintakan ampun atas kesalahan dan kesombongannya. Tetapi semua itu sia-sia. Eli Rosa sudah mati dan tidak dapat hidup kembali dan demikian pun cinta yang membara dalam hati Mitiko sudah ikut mati bersama dengan kematian kekasihnya.

Saudara, bukankah hal seperti itu juga sering kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari dalam bentuk dan versi yang lain? Ayah Mitiko tidak memandang sebelah mata kepada polisi Eli Rosa karena ia hanyalah seorang polisi yang sederhana, bukan jutawan seperti ayah Mitiko. Tentu akan sangat lain jalan cerita ini kalau Eli Rosa juga seorang jutawan.

Manusia memang sering kali mengadakan perbedaan-perbedaan tertentu dalam hidup bermasyarakat. Perbedaan antara si kaya dan si miskin, si terpelajar dan tidak terpelajar, golongan bangsawan dan rakyat jelata dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan tersebut sering kali menimbulkan masalah yang rumit serta menyedihkan seperti yang pernah terjadi dalam kisa Mitiko tadi. Tetapi, puji syukur kepada Tuhan, Alkitab memberitakan suatu berita yang sangat menggembirakan di dalam diri Tuhan Yesus. Ketika Ia berada di dunia ini, Ia melayani umat manusia dengan tidak memandang kedudukan, pangkat maupun latar belakang kehidupannya masing-masing. Kita jumpai Tuhan Yesus bergaul serta melayani orang-orang miskin, orang yang dianggap sampah masyarakat seperti: pelacur, pengemis, orang kusta dan lain sebagainya. Tuhan Yesus juga mau beramah-tamah dengan pemungut-pemungut cukai yang pada waktu itu sangat dibenci oleh masyarakat. Bahkan ketika Ia trgantung di kayu salib, di sebelah kiri kanannya tergantung juga dua orang penjahat besar. Tidak ada perbedaan-perbedaan lagi di dalam Tuhan Yesus Kristus, demikian ungkapan yang dinyatakan oleh rasul Paulus. Semua orang, kaya miskin, terpelajar maupun tidak, tua-muda, bangsawan maupun bukan, semua orang memerlukan anugerah serta kemurahan dari Tuhan Yesus yang menyerahkan diriNya untuk menanggung dosa umat manusia.