Jumat, 01 Februari 2008

Dengarkan mereka bicara



SEEKOR CAPUNG YANG TINGGI HATI


Suatu sore di tepi hutan, sekawanan gajah sedang berkumpul sambil menikmati makan sorenya. Dan seekor gajah muda kesulitan meraih daun yang berada di atas dahan yang sedikit lebih tinggi daripada tinggi tubuhnya. Maka dengan kesulitannya gajah muda itu berdiri di atas dua kaki belakangnya. Tetapi meski begitu ia tetap tidak berhasil meraihnya juga. Belalainya tidak cukup panjang untuk menggapai. Sementara itu seekor capung sedari tadi berseliweran terbang melintas-lintas sambil menertawakan perangai si gajah muda itu.

"Hai, Gajah muda, biar tubuhmu besar tetapi rupanya kamu termasuk hewan yang bodoh, ya? Masa, cuma mau meraih daun setinggi itu pun kamu tidak bisa. Heheh........, apa gunanya punya tubuh besar tetapi tolol."

Mendengar ejekan itu panaslah telinga si gajah muda. Tetapi ia tidak menggubrisnya. Melainkan hanya mengibas-ngibaskan telinganya yang lebar itu. Sementara si capung terus terbang mengitarinya sambil berceloteh.

"Hai, Gajah Muda. Lihatlah aku. Tanpa susah payah pun aku dapat terbang setinggi yang kukehendaki. Lihatlah ini." seru capung sambil memperlihatkan kemahirannya mengangkasa. Tetapi di luar kesadarannya, sesungguhnya seekor burung alap-alap sedang mengincarnya sejak tadi pula. Maka begitu capung melepaskan diri dari kerumunan kawanannya, ia segera disambar. Hup ! Kena, dan sirna. Tinggal bulu-bulu sayapnya saja yang tersisa. Jatuh meluruh ke tanah di dekat kaki si gajah. Sambil mendesah si Gajah Muda mendongak ke atas. Gumamnya, "Rupanya di atas yang paling tinggi pun masih ada yang lebih tinggi. Di atas yang paling pintar juga masih ada yang lebih pintas."


Ada satu nasihat bijak dari Bahasa Jawa: "Aja dumeh" (Jangan berlagak). Maka berusahalah menjadi pintar, tetapi yakinlah: selalu masih banyak orang yang lebih pintar daripada kamu. Maka lebih bijak dan terpuji jika kita berendah hati."

"Akhir suatu hal lebih baik daripada awalnya. Panjang sabar lebih baik daripada tinggi hati. Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh." (Pengkhotbah 7:8-9).